Mengais Rejeki dari Batu Hitam


BANGGAI RAYA- Rabu petang sekitar pukul 16.00 wita, di pantai Desa Binsil Kecamatan Bualemo, dua wanita paruh baya, Hatin (65) dan Suriati (62), warga Dusun I, Desa Binsil Padang Kecamatan Bualemo, tetap semangat bekerja mengumpulkan batu kecil berwarna hitam untuk dijual. Pekerjaan mengumpul batui kecil berwarna hitam, demi memenuhi kebutuhan hidup.

Meski memperoleh pendapatan yang tidak menentu, tetapi hal itu tidak membuat mereka putus asa. Sebab kegiatan mengumpul batu kecil hitam untuk dijual, bagi mereka lebih mudah untuk memperoleh uang, dibanding harus beraktivitas di tempat lain.

“Pekerjaan ini bagi saya tidak menguras tenaga, dengan usia saya yang sudah 65 tahun, bagi saya ini sudah cukup untuk menambah penghasilan membiayai kebutuhan hidup saya sandiri,” kata Hatin.

Kebutuhan menanggung hidup sendirian telah lama dijalaninya, setelah kepergian sang suami beberapa tahun lalu, dan kedua anaknya kini telah berumah tangga.

Hatin mengaku, batu-batu berwarna hitam kecil dengan ukuran 4 Cm persegi itu, dibeli dengan harga Rp6.000/satu karung gula isi 30 Kg. Sehari, ia bisa mengumpulkan 6 karung, bahkan kadang lebih.

Untuk memperoleh batu kecil berwarna hitam, membutuhkan proses pemisahan ukuran batu dan pasir. Pemisahan itu dilakukan dengan cara mengayak sebanyak dua kali. Pertama untuk memisahkan ukuran batu besar dan batu kecil. Buangan batu kecil tadi kemudian disaring lagi, agar pasir dan ukuran batu yang lebih kecil terpisah, barulah kemudian dipisahkan lagi, dan batu berwarna putih akan dibuang.

Batu itu kata Hatin, akan dijual ke Bali. Namun ia tak tahu digunakan untuk apa. Ia mengatakan, penjulan batu tidak sulit, sebab di Desa Binsil sendiri telah ada pembeli bernama Daim.

Pecarian batu itu tidak sulit, sebab pesisir pantai Desa Binsil memiliki potensi batu, sehingga sangat mudah mendapatkannya.

Pekerjaan yang dilakukan Hatin tidak sendirian. Ia ditemani seorang wanita bernama Suriati (62), warga setempat. Setiap harinya, mereka selalu bersama mencari batu hitam.

Suriati memiliki 5 orang anak, dua anaknya telah berumah tangga. Ia kini tinggal bersama suaminya yang beraktiviats sebagai nelayan dan tiga anaknya yang belum menikah. Suriati mengaku pekerjaan ini dilakukan untuk menambah kebutuhan rumah tangga.

Keduanya mengaku, mereka tidak pernah tersetuh bantuan, baik dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa sendiri. Salah satu yang mereka tidak rasakan, adalah bantuan Rastra atau dulunya disebut Raskin. Selama beberapa tahu pemerintah desa kata mereka, tidak pernah memberikan beras sejahtera kepada mereka. Meski demikian, mereka tak banyak berharap bantuan itu. MAD

Share
Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami melalui halaman kontak

LATEST ARTICLES