Waduh, Terdaftar Belum Tentu Terima Honor

Tasrik Djibran
Tasrik Djibran
BANGGAI RAYA- Anda guru non PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang telah terdaftar sebagai penerima honor daerah atau kerap disingkat honda jangan senang dulu. Rupanya, meskipun sudah terdaftar belum tentu menjadi penerima honda tersebut. Bagaimana bisa? Berikut penjelasan Kepala Dinas Pendidikan Banggai, Tasrik Djibran.

Tasrik Djibran kepada Banggai Raya via telepon genggam, Kamis (3/1/2019) menjelaskan bahwa masih ada nama guru honorer yang lulus dan tidak lulus tertera di data administrasi Disdik Banggai.

Jadi kata dia, guru honor yang datang mendaftar diakomodir terlebih dahulu. Selanjutnya akan diverifikasi kembali, apakah memenuhi syarat atau tidak. “Data yang ada di Bank Sulteng itu, belum valid untuk secara keseluruhan. Sebab, masih ada nama-nama guru honorer yang lulus dan tidak lulus tertera di data administrasi. Jadi penerima honda yang datang mendaftar diakomodir dulu, baru selanjutnya akan diverifikasi kembali, apa sudah memenuhi syarat atau belum, itu finalnya. Nah itu yang belum ada,” urai Tasrik.

Sebagian guru honorer yang sudah terakomodir di dalam daftar itu sudah menganggap lulus. Padahal belum tentu.

Sekaitan dengan beramai-ramai para honorer itu membuka rekening di Bank Sulteng, karena akan menerima honor daerah, Tasrik menegaskan tidak pernah memerintahkannya. “Tidak demikian, hanya yang kami perintahkan membuka rekening adalah penerima beasiswa. Ini hanya karena miss komunikasi antara dinas dengan bank. Yang betul itu, pembukaan rekening bagi penerima beasiswa. Semua itu karena salah persepsi. Nanti secara kolektif rekeningnya akan dibukakan oleh dinas, supaya tidak terjadi kegalauan bagi guru honorer,” kata Tasrik.

“Tidak ada yang suruh buka rekening, sebab kita masih melakukan verifikasi. Itu isu-isu yang berkembang bahwa dinas sudah menyuruh buka rekening, saya sendiri saja belum mengintruksikan buka rekening, kenapa sudah ada yang buka rekening. Tidak betul itu, bahwa sudah disuruh membuka rekening,” tegas Tasrik Djibran.

Menurut dia, bahwa yang membuka rekening di Bank Sulteng itu adalah para penerima beasiswa, bukan para penerima honda.

Dia menjelaskan, bahwa para guru honorer tersebut datang ke Bank Sulteng Cabang Luwuk untuk pengecekan data.

Informasi berbeda diungkap Kepala Bagian Humas Bank Sulteng Cabang Luwuk, Ari. Ia menjelaskan bahwa Pemda Banggai telah menyurati Bank Sulteng Cabang Luwuk perihal pembukaan rekening bagi para guru honorer sebagai penerima honda.

“Sudah lama surat dari Pemda Banggai ke kami mengenai pembukaan rekening bagi penerima honda. Sudah ada yang membuka rekening mulai Kamis (27/12/2018) minggu lalu. Belum lama, sebagian guru honorer ada yang telah membuka rekeningnya. Tapi, tidak berselang lama dinas menarik kembali. Jadi untuk sementara pembukaan rekeningnya ditunda,” kata Ari di kantor Bank Sulteng Luwuk.

Masing-masing guru honorer penerima honda diwajibkan untuk membuka rekening. Dana Pemda Banggai akan disalurkan ke rekening masing-masing guru honorer tersebut.

Ari meminta Banggai Raya untuk menemui customer service Bank Sulteng. Sebab, CS lah yang paham prosedur membuka rekening.

Dari keterangan CS Bank Sulteng bahwa saat ini pembukaan rekening bagi honda masih ditunda hingga membuka surat Dinas Pendidikan.

“Tapi sebelumnya, sempat kami buka. Sudah ada berapa orang yang telah membuka rekening. Namun, nama mereka sudah ditarik kembali oleh dinas, nanti menunggu himbuan dari dinas. Untuk sementara ini pembukaan rekening dipending dulu. Nanti, kalau sudah ada pengucuran dananya, nama-namanya akan dibuka secara kolektif oleh dinas,” kata CS Bank Sulteng.

“Dan Bukunya langsung kita berikan ke dinas. Nanti bapak berurusan ke dinas, sebab pembukaan rekening secara kolektif dari dinas. Dipendingnya pembukaan rekening itu, baru satu hari diberikan daftarnya, langsung ditarik kembali. Kami sempat melayani dalam satu hari untuk pembukaan rekeningnya. Itu juga pembukaan rekening, karena mereka (guru honorer) yang datang. Karena mereka sudah datang, jadi dinas bilang buka akan saja rekeningnya mereka, tapi bukunya jangan diberikan. Jadi sama saja, buka rekening tapi buku belum diberikan. Bukunya kami tahan, nanti dinas yang bagikan. Persoalan itu, kami yang akan berurusan dengan dinas,” cetus CS Bank Sulteng berparas cantik ini.

DISDIK HARUS TRANSPARAN

Pengangkatan guru non PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang dijatahi semacam gaji per bulan terus menuai keluhan. Seperti guru honor yang telah mendapatkan rekomendasi kepala sekolah, justru tidak menerima honor daerah. Sebaliknya, mereka yang tidak mengantongi rekomendasi tiba-tiba terdaftar sebagai penerima.

Tidak hanya itu, perekrutan penerima honorer daerah juga dinilai tidak transparan. Pasalnya, Dinas Pendidikan Banggai tidak mengumumkan secara terbuka daftar penerima honorer daerah.

Banyaknya keluhan dan diduga tidak transparannya penerimaan honor daerah, menuai kritikan dari sejumlah kalangan. Kritikan itu seperti disampaikan oleh salah seorang akademisi di Kota Luwuk, Sutrisno K Djawa.

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor II Unismuh Luwuk itu menyayangkan terkait polemik yang terjadi di Dinas Pendidikan. “Dinas Pendidikan harus transparan. Kalau tidak transparan, tentunya menimbulkan tanda tanya. Berarti ada permainan di dinas atau ada kepentingan,” ujar Sutrisno K Djawa kepada Banggai Raya, Kamis (3/1/2019).

Kemudian ia juga menanyakan, bagaimana bisa guru honor yang direkomendasikan tapi namanya tidak ada, justru guru dari sekolah lain yang dimasukan. “Ini juga sangat aneh, harusnya Dinas Pendidikan itu hanya mengcover, karena yang tahu persoalan itu kepala sekolah,” cetusnya.

Polemik guru honor daerah kata dia, merupakan bukti bahwa Tasrik Djibran gagal dalam memimpin Dinas Pendidikan. “Harus transparan, kalau seperti ini ditutupi, tentu ada niatan untuk memasukan orang-orang dekat mereka. Kami selaku akademisi sangat menyayangkan, dan ini salah satu indikator kegagalan,” kata Sutrisno.

Ia berharap, Dinas Pendidikan Kabupaten Banggai bisa lebih bijak dan transparan dalam perekrutan guru honor daerah. Jangan sampai kata dia, ada permainan atau mementingkan orang-orang terdekat maupun orang yang berduit.

“Kami harap selaku akademisi, Disdik bisa lebih transparan. Instansi itu orientasinya pelayanan publik. Sehingga transparasi itu sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” pungkasnya. RUM/JAD

Share
Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami melalui halaman kontak

LATEST ARTICLES